NAMA : DINA A TUHUTERU
NIM : 2014-64-040
Interpretasi Citra Secara Visual Menurut :
1. Vink (1965)
Menurut Vink (1965) interpretasi citra dilakukan dalam enam tahap:
a. Deteksi
Deteksi adalah penyadapan data secara selektif atas obyek (tampak langsung) dan elemen (tak tampak langsung) dari citra.
b. Pengenalan dan identifikasi,
Kemudian obyek tersebut dikenali dan obyek tersebut diidentifikasi
c. Analisis
Pada proses analisis dilakukan proses pemisahan dengan penarikan garis batas kelompok obyek atau elemen yang memiliki kesamaan wujud.
d. Deduksi
Lalu dilakukan proses deduksi yang dilakukan berdasarkan asas konvergensi bukti untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu. Konvergensi bukti merupakan penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah ke satu titik simpul.
e. Klasifikasi
Klasifikasi dilakukan untuk menyusun obyek dan elemen ke dalam sistem yang teratur.
f. Idealisasi.
Tahap terakhir yaitu idealisasi atau penggambaran hasil dari interpretasi tersebut.
Hasil interpretasi citra sangat tergantung atas penafsir citra beserta tingkat referensinya. Tingkat referensi ialah keluasan dan kedalaman pengetahuan penafsir citra. Ada tiga tingkat referensi yaitu umum, lokal dan khusus.
1. Tingkat referensi umum
yaitu pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi.
2. Tingkat referensi lokal
adalah pengetahuan atau keakraban penafsir citra terhadap lingkungan setempat atau daerah yang diinterpretasi.
3. Tingkat referensi khusus
ialah pngetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang diinterpretasi.
2. Lo (1976)
Lo (1976) mengutarakan bahwa interpretasi citra dilakukan dengan tahap-tahap:
a. Deteksi
b. Merumuskan identitas obyek dan elemen
Pada proses perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan artinya pentingnya obyek dan elemen tersebut berdasarkan karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan situs.
c . Analisis dan deduksi
Analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan atau mencari arti dari proses yang kedua.
d. Klasifikasi
Klasifikasi dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang diperoleh. Klasifikasi melalui serangkian keputusan, evaluasi, dan lainnya berdasarkan kriteria yang ada. Klasifikasi ini menuju kearah teorisasi.
e. Teorisasi
Teorisasi ialah penyususnan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu.
3. Roscoe (1960)
Roscoe (1960) menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian pekerjaan yang berupa:
a. Interpretasi awal
Pada interpretasi awal dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang skalanya lebih besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah dikenal ke arah yang lebih sukar dikenal.
b. Pembuatan peta kerja
Dengan menggunakan peta kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan dapat dilakukan lebih efisien.
c. Pekerjaan medan
Pekerjaan medan terarah lebih baik dan pelaksanaanya lebih singkat. Kadang – kadang di medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan informasi baru yang diperoleh dengan pengamatan langsung.
d. Tinjauan kembali atas masalah dan metode
Tinjauan atas masalah dan metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan untuk menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan metode yang dipilih
e. Interpretasi akhir, penarikan kesimpulan, dan kerangka laporannya disusun
f. Kesimpulan dan uji medan
Sebelum menulis laporan, lebih baik datang sekali lagi ke daerah penelitian untuk meyakinakan hal yang perlu diyakinkan atau untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
g. Penyajian akhir.
Penyajian hasil interpretasi dapat dilakukan antara lain dengan menyajikan gambaran dalam kaitan spasial yang jelas. Untuk maksud ini dapat digunakan foto udara dan citra lainnya yang diberi notasi, mosaik foto, dan peta.
4. Umali (1983)
Menurut Umali (1983) interpretasi citra Landsat dilaksanakan melalui tiga tahap:
a. Tahap analisis citra
Tahap analisis citra dimulai dengan mendeteksi rona atau warna pada citra. Umali menarik garis batas bagi kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkannya dari yang lain.
b. Tahap interpretasi citra
Pekerjaan ini terdiri dari pengenalan jenis obyek dan polanya. Pengenalan jenis obyek dilakukan dengan menggunakan unsur spasial seperti ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar pada citra tidak hanya dikenali jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau susunan keruangannya. Pola tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola bentang budaya, pola aliran, dan pola penggunaan lahan.
c. Tahap interpretasi disipliner terinci
Pada tahap terakhir ini jenis dan pola obyek yang tergambar paada citra diinterpretasi arti pentingnya sesuai dengan tujuan interpretasinya seperti misalnya untuk geologi, geomorfologi, penggunaan lahan, kehutanan, sumberdaya akuatik, lingkungan, pertanian, dan hidrologi.
5. Estes et al (1983)
Estes et al berpendapat bahwa perlu ada kerangka kerja konsepsual atau pardigma bagi hal yang mendasar di dalam penginderaan jauh antara lain bagi asas interpretasi citra. Urgensi paradigma ini lebih terasa lagi setelah berkembangnya analisis digital
data penginderaan jauh pada dua dasawarsa terakhir ini. Analisis digital seolah-olah terpisah sama sekali dari analisis manual. Tanpa ada hubungan sedikitpun.
Sehubungan dengan ini maka Estes et al mengemukakan suatu paradigma analisis citra secara manual dan visual dan digital.
Pekerjaan analisis citra meliputi tiga tahap:
a. Deteksi dan identifikasi
Pertama dilakukan deteksi dan pemerian obyek penting yang tergambar pada citra
b. Pengukuran
Obyek itu kemudian diukur dengan cara manual atau menggunakan alat. Pengukuran ini dilakukan atas rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur, atau aspek lainnya. Pengukuran ini penting dalam upaya pemecahan masalah.
c. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah dapat beraneka bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek melalui pengamatan obyek lain atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek satu persatu. Pemecahan masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang telah diperoleh dari citra penginderaan jauh.
Didalam analisis citra, analis menyusun hipotesis juga. Seorang analis citra menduga bahwa obyek yang tergambar pada citra dan sedang diamati misalnya berupa tanaman jagung atau daerah yang tergambar pada citra berupa daerah pertanian yang subur.
Garis penalaran ialah pengembangan penalaran yang mengarah ke suatu kesimpulan. Satu garis penalaran yang pada dasarnya terdiri dari serangkaian pernyataan yang menggunakan “jika....maka....”. dengan mendasarkan atas penalaran, kita hapus satu persatu pernyataan-pernyataan tersebut, kecuali satu pernyataan yang paling mungkin terjadi.
Analisis citra secara manual pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan didasarkan atas apa yang telah diketahui atau didasarkan atas sesuatu yang kebenarannya telah diterima secara umum. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra, digunakan lebih dari satu unsur yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti (converging evidence, convergence of evidence).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar